Jumat, 26 Juni 2009

TTM Edisi 01/IV

Masih jomblo dan mau cari pasangan? Buruan manfaatkan forum teman tapi mesra. Syaratnya mudah: Kirim data kamu (lebih baik disertai foto terbaru) berikut pasangan yang kamu impikan. Email ke tim@tabloidapakabar.com atau kirim pesan singkat ke (+85) 9601 5379 (Hong Kong) dan (+62) 0817 120436

KODE 796

Nama: Ani.
Lahir: Ciamis, 3 Januari 1982.
Agama: Islam.
Status: Single.
Dambakan: Cowok setia, baik, tanggung jawab, mau menerima apa adanya.

KODE 797
Nama: Adelina.
Lahir: Juli 1979.
Agama: Islam.
Status: Janda.
Tb/Bb: 165/55 kg.
Dambakan: Pria bertanggung jawab, punya pekerjaan tetap.

KODE 798
Nama: Julie.
Lahir: Malang, 9 Juli 1987.
Status: Single. Agama: Islam.
Kepribadian: Sederhana.
Tb/Bb: 158/48 kg.
Dambakan: Cowok seiman, tanggung jawab, mampu menafkahi lahir batin, bersedia menerima apa adanya.
Alamat: Aberdeen.

KODE 799
Nama: Dwi.
Lahir: Ponorogo, Januari 1985.
Agama: Islam. Tb/Bb: 157/45 kg.
Status: Single.
Hobi: Baca buku, dengar musik.
Dambakan: Cowok saleh, mandiri, perhatian, jujur, seiman, tanggung jawab.

KODE 800
Nama: Lia.
Lahir: Trenggalek, 1983.
Status: Single. Agama: Islam.
Dambakan: Cowok berkepribadian dewasa, setia, tanggung jawab, bisa membimbing dunia akhirat, usia maks. 30 tahun.
Alamat: Tsuen Wan.

KODE 801
Nama: Ati.
Lahir: Magetan, 3 Mei 1988.
Agama: Islam.
Tb/Bb: 157/50 kg.
Hobi: Baca buku, dengar musik.
Dambakan: Cowok pengertian, seiman, taat beribadah, bisa membimbing.
Alamat: Wongtaisin.

KODE 802
Nama: Nurwati.
Lahir: Kendal, 26 tahun.
Status: Janda 1 anak.
Agama: Islam.
Hobi: Dengar musik, masak, baca.
Dambakan: Cowok setia, ikhlas, mau menerima apa adanya.

KODE 803
Nama: Yeni.
Lahir: 10 April 1986.
Status: Single.
Dambakan: Cowok supel, jujur, setia, tanggung jawab.
Alamat: Hong Kong.

KODE 804
Nama: Sari.
Lahir: Ponorogo, 1971.
Agama: Islam.
Status: Janda 1 anak.
Dambakan: Duda punya pekerjaan tetap, setia, tanggung jawab, menerima apa adanya, 37-45 tahun.

KODE 805
Nama: Lensy.
Lahir: Cilacap, 1 Juli 1978.
Status: Single.
Agama: Islam.
Tb/Bb: 165/58 kg.
Dambakan: Cowok serius, setia, sanggup menafkahi lahir batin.

KODE 806
Nama: Yuli.
Lahir: Bantul, 14 Februari 1984.
Kepribadian: Sederhana.
Agama: Islam.
Hobi: Baca, memasak.
Dambakan: Cowok saleh, mandiri.
Alamat: Tai Po, NT.

KODE 807
Nama: Erin.
Lahir: Madiun, 27 tahun.
Agama: Islam.
Hobi: Baca, masak.
Dambakan: Teman cewek, jujur, apa adanya.

KODE 808
Nama: Arie.
Lahir: Tulungagung, 1987.
Status: single.
Agama: Islam.
Tb/Bb: 155/48 kg.
Dambakan: Pendamping hidup jujur, sayang, pengertian, seiman, mau menerima apa adanya.
Alamat: Pok Fu Lam.

KODE 809
Nama: Ratih.
Lahir: Lampung, 1984.
Agama: Islam.
Hobi: Jalan-jalan, olahraga.
Dambakan: Cowok seiman, bisa membimbing dunia akhirat.

KODE 810
Nama: Niken Mayang Sari.
Lahir: Lampung, 10 April 1987.
Status: Single.
Agama: Islam.
Hobi: Baca puisi.
Dambakan: Jejaka, jujur, mandiri, punya pekerjaan tetap, mau menerima apa adanya.

Ada beberapa catatan dari redaksi untuk teman-teman yang sudah atau ingin bergabung di TTM Apakabar. Baca, ya di sidebar kanan.

Kamis, 25 Juni 2009

”Alhamdulillah... Nilai Skripsi Anjar A, Bu”

Keluarga Mintarsih, Perumnas Sawojajar II Kota Malang

Hampir setiap orang akan mengamini, bekerja ke Hong Kong pasti erat kaitannya dengan tujuan mencari uang. Untuk masa depan, untuk kesejahteraan, dan untuk sebuah perubahan. Namun demikian, standar seperti apa itu kesejahteraan, masa depan maupun perubahan, setiap orang pasti punya pandangan berbeda-beda. Perbedaan itu sifatnya sangat personal. Individual differences, mungkin itu sebutan yang pas jika kita mengutip istilah para ahli sosiologi.



Bagi Mintarsih, BMI Hong Kong asal Kelurahan Kedoya Barat, Kecamatan Kedungkandang, Kabupaten Malang, ukuran keberhasilannya bekerja di Hong Kong adalah mengentaskan pendidikan bagi ketiga anaknya. Bukan semegah apa rumah yang berhasil ia bangun, semewah apa mobil yang berhasil ia beli, atau seluas apa tanah yang berhasil ia tebus.

Dengan dilandasi pemikiran seperti itulah, Mintarsih menanamkan kepada ketiga anaknya bahwa jika ingin memiliki masa depan dengan kehidupan layak, modal yang paling utama adalah pendidikan yang layak pula. Lantas, bagaimana sikap dan penerimaan ketiga anak Mintarsih?

Dari Jalan Terusan Wisnuwardhana No 89 Perumnas Sawojajar II Kota Malang, Anjar Wahyu Astuti, anak pertama Mintarsih – didampingi dua adiknya: Rini Handayani, dan Heru Prabowo – menyuarakan sikap dan kesan mereka terhadap pengertian dan pemahaman hidup yang ditanamkan oleh Mintarsih, ibunda mereka, sejak masih kecil.

”Ibu, sebelumnya Anjar menyampaikan terima kasih yang tiada terkira. Sebab, tanpa keputusan dan pilihan yang ibu lakukan, kami bertiga – anak-anak ibu – tidak akan berada dalam keadaan seperti sekarang. Meskipun kami anak seorang janda yang menjadi TKW, namun kenyataannya Allah swt sangat bermurah hati memberikan anugerah kepada kami bertiga hingga bisa mengenyam pendidikan sampai bangku perguruan tinggi.

Kami sangat bersyukur sekali, Bu. Tidak setiap anak memiliki dan merasakan kesempatan seperti yang telah kami bertiga rasakan selama ini. Kami pun sangat bersyukur memiliki ibu yang punya cara pandang bagus, berwawasan luas, dan selalu berpikir jauh ke depan. Tanpa pemikiran yang didukung dengan ikhtiar ibu bekerja ke Hong Kong, sulit membayangkan seperti apa kehidupan yang kami jalani sekarang.

Ibu, alhamdulillah kuliah Anjar sudah mendekati ambang kelulusan. Tanggal 20 Desember 2008 kemarin Anjar ujian skripsi, dan hari itu juga para penguji menyatakan Anjar lulus dengan predikat sangat memuaskan. Nilai skripsi Anjar ”A”, bu. Nilai yang mudah-mudahan akan membuat ibu bahagia. Dan tak lama lagi, tahun 2009 ini, insya Allah Anjar diwisuda. Artinya, yang menjadi beban tanggungan ekonomi ibu tinggal Dik Rini dan Dik Heru. Tapi Dik Rini juga sudah hampir lulus. Jika semuanya berjalan lancar dan tidak ada perubahan serta rintangan, insya Allah mendekati akhir tahun ini Dik Rini juga akan diwisuda dengan gelar diploma III.

Ibu, memang kapan Anjar akan diangkat menjadi guru negeri masih belum jelas. Anjar sendiri juga tidak tahu. Namun, seperti pesan ibu, Anjar akan tetap menjaga komitmen terhadap profesi guru seperti yang ibu nasehatkan. Alhamdulillah, meski belum diwisuda, kelanjutan dari program PKL dulu, berlanjut sampai sekarang. Anjar menjadi guru sukarelawan di sebuah SMP swasta tempat Anjar dan teman-teman dulu melaksanakan program PKL. Meski saat ini gajinya sangat pas-pasan untuk biaya hidup Anjar seorang diri, namun Anjar menjalaninya dengan penuh keikhlasan. Sebab, memang sejak kecil profesi inilah yang Anjar cita-citakan.

Terakhir bu, tolong sampaikan ucapan terima kasih Anjar, Rini dan Heru kepada keluarga besar majikan ibu: Fong Pik Kwa, atas kebaikan mereka selama ini terhadap ibu dan kita. Sampai-sampai, mereka terketuk hati dan kepeduliannya membelikan kita rumah di kawasan perumahan Sawojajar ini. Meskipun kecil dan sederhana, namun artinya sangat luar biasa. Semoga yang Maha Kuasa akan memberikan balasan yang berlipat untuk mereka.”

Sabtu, 20 Juni 2009

APAKABAR#08-IV, OUT NOW!

Sobat Apakabar pasti tidak lupa. Setelah dua minggu berlalu, akhirnya Apakabar #08 beredar! Ada apa di edisi ini?

  • Sorot mengupas cerita pilu Cici Paramida. Wanita yang baru menikah dengan Ahmad Suhaebi, duda beranak dua, melaporkan suaminya ke polisi. Kenapa, ya?
  • Evi Rosian menceritakan pengalaman pahitnya selama bekerja di Hong Kong yang dipicu ketidaktahuannya saat memilih agensi.
  • Cerita pilu juga terjadi di Malaysia. Teman kita, sesama buruh migran mengalami penyiksaan. Pelakunya tak lain sang majikan.
  • Dari kampung halaman, keluarga Elis Suprapti mencurahkan rasa rindunya kepada gadis yang bercita-cita menjadi dokter ini.
Masih banyak cerita di Apakabar edisi 08. Segera dapatkan di tempat rekanan Apakabar. Jika tidak kebagian edisi cetak, kamu bisa mencetak sendiri.












Jumat, 19 Juni 2009

KETULUSAN CINTAKU DIBALAS DENGAN PENGKHIANATAN


APAKABAR#08-IV/CURHAT

Cinta memang indah dan teramat manis, semanis madu dari surgawi. Namun apabila cinta sudah berhiaskan pengkhianatan, pahitnya melebihi empedu. Tak mau aku pertahankan cinta palsu yang menggoreskan luka parah dalam hatiku. Dan aku berharap, cukuplah sekali dalam hidupku.

Lebih dari lima tahun aku mengenal pria, sebut saja namanya Edo (bukan nama sebenarnya). Selain sebagai teman baik, sebenarnya aku sangat menghormati dan menghargai Edo sebagai pembimbingku. Hingga beberapa tahun terakhir ini, aku jadian sama Edo. Hubungan kami baik dan tak ada masalah. Aku tak pernah mau mempermasalahkan hal-hal kecil ataupun yang sepele.

Aku pun sangat memaklumi keadaannya. Sebagai seorang yang senior dalam sebuah bidang yang digemari banyak kalangan, tentunya ia banyak teman dan relasi, pria maupun wanita. Baik dari bangsa sendiri maupun dari kebangsaan lain. Tentu saja pergaulannya sangat luas, jauh bila dibandingkan dengan diriku.

Namun, sebuah perjalanan tidak selamanya mulus. Sampai pada akhirnya, di penghujung bulan Ramadhan 1429 H atau tepatnya bulan September 2008 lalu, aku mulai mencium aroma pengkhianatan cinta Edo.....selengkapnya

Kamis, 18 Juni 2009

Hasan dan Marisa Mengagumi Pengabdian Seorang Dokter

Kekaguman terhadap sosok dan profesi bisa mewarnai cara pandang seseorang. Kenangan masa lalu terhadap kebaikan seorang dokter pun menancap sangat kuat dalam benak Hasan Asy’ari dan adiknya Marisanna Millatul Haq. Bayangkan, sang dokter baik hati tadi tidak hanya menggratiskan ongkos saat Hasan dikhitan. Secara berkala, Pak Dokter bahkan menjenguk Hasan di rumah selama proses penyembuhan.

Kenangan terhadap peristiwa tersebut membuat pasangan kakak beradik murid SDN Krenceng II, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri, ini bukan saja sangat mengagumi, tetapi ingin mencontoh semua teladan yang pernah mereka lihat dari sang dokter. Baik Hasan maupun Marisa – anak pasangan alm. Imam Asy’ari dan Nilna Alminah – ini sama-sama mengidam-idamkan profesi dokter sebagai cita-citanya kelak. Mengabdi masyarakat, itulah alasan mereka pengin menekuni profesi dokter.

Persoalannya, bagaimana cita-cita dan usaha tersebut dapat terwujud jika tidak didukung dengan ketersediaan finansial untuk menunjang keberlangsungan pendidikan kedua bocah kecil ini? Sedangkan, faktanya, mereka bukanlah anak dari keluarga yang secara ekonomi tergolong cukup. Kondisi sebagai orangtua tunggal, membuat ibunda mereka: Nilna Alminah pontang-panting membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan kedua anaknya.

Dengan seperangkat peralatan sekolah (stationary) hasil pemberian pembaca Apakabar – yang diserahkan melalui Tim AEP – mudah-mudahan bisa menjadi tongkat kecil untuk memperkuat ikhtiar mereka dalam menggapai masa depan. (AA Syifa’i SA)

Sabtu, 06 Juni 2009

APAKABAR EDISI 07/IV

Apakabar Edisi 07/IV sudah beredar! Teman-teman BMI yang gak kebagian edisi cetaknya, bisa baca disini. Dijamin gak beda dan gak kalah asyik dari edisi cetak.

Gak puas kalau hanya melihat, diprint aja. Mau bagi-bagi dengan teman juga bisa. Tinggal klik halaman yang kamu inginkan. Lalu, download atau kirim link share ke teman, saudara, atau kerabat kamu dimana saja.